Sunday, April 13, 2008

A Country Named Malingsial

by. Desy Ayu Pirmasari

Once upon a time, terjadi kehebohan di Negara Indonusa. Warga di Negara tersebut gempar akibat ulah Negara tetangganya, yaitu Malingsial. Bukan main berangnya warga Indonusa, kala Pemerintah Malingsial mengclaim beberapa kebudayaan Indonusa sebagai budaya Malingsial. Masyarakat Indonusa menyatakan bahwa ini bukan ulah pertama Malingsial, mengingat sebelumnya Negara yang maju cukup pesat beberapa tahun terakhir itu juga telah merebut beberapa pulau yang dimiliki Indonusa.
Memang benar, sekitar setahun sebelumnya Malingsial tiba-tiba saja menyatakan bahwa pulau Simpadan dan Langitan sebagai bagian dari areal kekuasaannya. Mungkin merasa tidak mendapat perlawanan dari Indonusa, Malingsial kemudian melanjutkan aksinya. Tapi kali ini, Malingsial tidak beraksi di bidang batas wilayah lagi, tapi sudah mulai berani masuk ke batas budaya dan hasil karya. Mulai dari lagu Mayang Sayange, hingga tarian Goer Ogoronop yang berasal dari daerah Ogoronop, Indonusa.
Entah apa sebenarnya yang sedang merasuki Malingsial, yang tadinya mengaku sebagai saudara serumpun Indonusa. Ibarat seorang yang sedang menepuk bahu saudaranya sembari berkata kita adalah saudara, akan tetapi ditangan yang digunakan menepuk bahu tersebut ada pisaunya. Bisa dikatakan begitulah yang diperbuat Malingsial terhadap Indonusa. Lantas, apakah Indonusa kemudian terpuruk hingga tidak mampu membalas perbuatan Malingsial? Ataukah Indonusa sedang merencanakan aksi pembalasan yang setimpal?
Sampai tulisan ini diturunkan, pertanyaan tersebut masih belum terjawab. Semoga saja kita bisa segera mendapat jawaban dari Pemerintah Indonusa mengenai pernyataan sikap mereka atas perilaku Malingsial.
Dalam kasus di atas, saya menilai bahwa Malingsial sudah bertindak keterlaluan dan melewati batas. Malingsial menjelma menjadi bangsa barbar, yang mencaplok daerah orang semaunya. Tidak hanya itu, Malingsial juga kemudian menunjukkan perilaku orang yang kehilangan jati dirinya. Ketidakbanggaannya pada budayanya sendiri memicu upaya untuk mencuri hasil karya orang lain, dan mengclaim sebagai budayanya. Mungkin pertanyaan yang patut kita ajukan kepada Malingsial, Mengertikah Mereka akan Hak atas Kekayaan Intelektual(HaKi)? Sudahkah mereka benar-benar memahami konsep dan makna nasionalisme?
Bebicara mengenai HaKi di Negara kita tercinta Indonesia, hal ini benar-benar menjadi sesuatu yang patut dihormati dan dihargai. Sebagai contoh dalam hal mengutip statement orang lain, kita diajarkan untuk menuliskan sumbernya. Sehingga, kita tidak bisa mengclaim itu sebagai opini orisinil kita.
Sedangkan dari segi Nasionalisme, saya yakin bahwa bangsa ini masih sangat menjujung rasa nasionalisme. Kenapa saya katakan demikian? Beberapa bulan yang lalu seorang teman yang tinggal di Jakarta, bercerita mengenai pengalamannya saat menonton pertandingan sepakbola Tim Nasional Indonesia melawan Negara tetangga. Di gelora Bung Karno, tempat dimana pertandingan diselenggarakan, serempak terdengar penonton dengan semangat menyanyikan lagu kebagsaan Indonesia raya. Hal ini menunjukkan kebanggaan mereka akan bangsa ini.
Tidak hanya itu, beberapa hari yang lalu saat final bulu tangkis beregu Sea Games, Thailand berhasil di menangkan oleh Tim Indonesia. Saya melihat salah seorang teman turut menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca, saat penganugerahan medali emas kepada Tim Indonesia. Mulanya saya cukup terkejut melihat sikap teman saya tersebut, tapi kemudian saya menyadari betapa bangganya teman saya tersebut terhadap negeri ini. Dan saya sangat yakin orang-orang seperti yang berada di Gelora Bung Karno ataupun seperti teman saya tersebut, masih sangat banyak di Indonesia.
Orang-orang yang bangga terhadap tanah air, bangga dengan hasil karya asli bangsanya, serta mampu menghargai hasil karya orang lain, itulah bangsa yang unggul. Pada dasarnya rasa nasionalisme akan menggiring kita pada sikap mampu mengahargai hasil karya bangsa lain. Karena dapat dipastikan kita bangga atau budaya kita sendiri, sehingga kita tidak perlu mencuri hasil karya bangsa lain.
Perasaan inilah yang sebenarnya belum dimiliki Malingsial. Mungkin hal yang seharusnya dilakukan Malingsial adalah menanamkan rasa Nasionalisme pada bangsanya. Pemerintahnya yang notabenenya orang-orang berpendidikan, juga sudah sepatutnya belajar untuk mencintai budaya sendiri. Selain itu, perilaku bar-bar yang dimiliki sudah harus dikikis, mengingat ini bukan zaman dimana kehidupan masyarakat masih nomaden. Budaya primitive ini sudah tidak applicable lagi untuk masa sekarang.
Sebagai penutup dari tulisan ini, saya ingin menuliskan sebait lagu yang menunjukkan kebanggaan bangsa Indonesia atas negeri ini.
Indonesia tanah air Beta…
Pusaka Abadi nan Jaya…
Indonesia sejak dulu kala…
Tetap di puja-puja Bangsa…
Disana tempat lahir Beta…
Dibuai dibesarkan Bunda…
Tempat berlindung di hari tua…
Hingga akhir menutup mata….

LET’S WRITE

by. Desy Ayu Pirmasari

A journey of a thousand miles must begin with a single step (Lao Tze)
Menulis bukan merupakan hal baru lagi buat kita. Sejak kecil kita sudah diajari menulis, so ini tidak akan sulit untuk kita lakukan. Menjadi seorang penulis bukan bakat atau kepintaran yang dibawa sejak lahir. Orang bisa menulis karena mereka punya niat yang kuat untuk menulis dan menuangkan ide-ide mereka ke dalam bentuk tulisan. Apapun yang akan kita lakukan, tentu semuanya bermula dari satu langkah awal, sebagaiman ungkapan dari Lao Tze di atas.
Banyak orang beranggapan bahwa menulis itu sulit dilakukan, menulis itu perlu bakat, menulis itu butuh ini itu dan lain sebagainya. Ada yang merasa kurang PD dan ragu terhadap dirinya sendiri, dan tak sedikit yang merasa minder or beranggapan bahwa orang lain lebih baik darinya. Ragu, minder, kurang PD, merasa tidak bakat dan tidak mampu, belum siap, dan lain sebagainya sering dijadikan alasan atau pembelaan untuk tidak menulis. Padahal kita belum mencobanya. Jadi sangat tepat sebuah ungkapan yang mengatakan we’ll never know ‘til we have tried. Bukankah kita bisa menjadi apa saja yang kita inginkan, dan kembali lagi syarat utamanya adalah kemauan yang kuat, ketekunan dan doa.
Nah, langkah awal untuk menulis adalah banyak membaca, browsing di internet, dan yang tak kalah pentingnya adalah mengamati lingkungan or fenomena di sekitar kita. Selain itu, kita juga bisa menambah pengetahuan kita dengan sharing dengan orang lain, terlebih lagi jika orang tersebut ahli di bidang yang kita diskusikan. Dari berbagai hal tersebut, kita pasti akan mempunyai persepsi tersendiri tentang suatu fenomena.
Berangkat dari hal-hal tersebut diataslah kita bisa membuat sebuah tulisan yang layak publish ataupun yang layak untuk diperlombakan. Dilihat dari berbagai sudut pandang, menulis tidak akan membuat kita rugi. Dari aspek ekonomi or lebih spesifik lagi dalam hal financial, menulis bisa menjadi lahan yang produktif untuk mendapatkan penghasilan. Pengetahuan kita pastinya akan bertambah, kita juga bisa memperoleh banyak kenalan dan juga teman. Menjadi terkenal juga bukan hal mustahil jika kita rajin menulis, dan yang tak kalah pentingnya, kita bahkan bisa jalan-jalan ke tempat-tempat yang mungkin belum pernah kita kunjungi sebelumnya.
Tidak banyak syarat yang dibutuhkan untuk bisa menulis, berikut beberapa tips untuk memulai menulis:
1. Jangan pernah berpikir dan beranggapan bahwa menulis itu sulit.
2. Perbanyak membaca (buku, jurnal, majalah, Koran, etc).
3. Rajin browsing di internet.
4. Amati fenomena yang terjadi disekitar kita
5. Jangan pernah ragu untuk memulai, karena jika awalnya kita sudah ragu maka langkah selanjutnya akan kita jalani tanpa keyakinan diri. Hasilnya, tulisan kita pun menjadi kurang meyakinkan.
6. Tulis saja terlebih dahulu apa yang ada di pikiranmu (perihal susunan dan bahasanya belakangan).
7. Setelah semua persepsi dan ide sudah kita tuliskan, baru kita pikirkan bagaimana susunan yang menarik dan tepat.
8. Pastikan tulisan kita memuat hal-hal unik or baru.
9. No Plagiarisms, jika kita merujuk pada sebuah pendapat dari orang lain, tuliskan sumbernya.
10. Jangan lupa, fomat tulisannya seperti piramida terbalik. Dimulai dari hal-hal yang umum dahulu, baru kemudian ke hal-hal yang spesifik.
11. Ikuti aturan penulisan yang ditetapkan oleh lembaga/media penyelenggara.
12. Terakhir dan tak kalah pentingnya, jangan lupa berdoa mengingat doa adalah penopang saat kita terjatuh.
Jika tulisan kita tidak dimuat or tidak menjadi juara dalam sebuah lomba penulisan, kita tidak boleh menyerah karena kegagalan adalah bagian dari proses meraih sukses. Terus menulis, karena dengan terus menulis kita bisa terus memperbaiki kelemahan-kelemahan dalam tulisan kita sebelumnya.
So, let’s write… let’s make a first step and get everything we want. We will be the best, if we think we are the best.

A great moment in my life

Created by Desy Ayu Pirmasari
"Do the best and God will do the rest"

The best moment I ever had in my life… I think God always makes every moment in our life as a sweet moment. Because have a bad day, make us know what is a good one. We never know what happiness is if we never feel the sadness. That’s why I think every moment in my life is a sweet moment, even if it was a bad day.
But from every moment I ever had in my life, there is one moment that I’ve been dreamed of since I was a kid, and God made my dream come true. Since I was a kid, when I saw ceremony of Independence’s Day in President Palace on TV, I told my mom "one day I’ll be there, I’ll meet the president directly and I’ll be one of the great people who invited to celebrate our independence’s day in president palace". Then my mom said, "I wish u will and I’ll be proud of you if you invited to celebrate our independence’s day, there". Yeah, to visit the president palace is one of my obsessions and I believe the dream that I call obsession will come true if I do my best to reach it.
There is a competition that can bring me to get the invitation to celebrate august 17th in president palace. It’s the highest achievement student. It’s a competition for university student, where Directory General of Higher Education (DIKTI) chooses fifteen best students from all over Indonesia to compete in Jakarta. As a student of a private school I have to compete not only in my university but also in KOPERTIS, before I can compete in National level. I can compete in KOPERTIS if I win the competition in my university, and to compete in National level, I have to get at least the third place in KOPERTIS VII, Surabaya. And if I want to compete in Jakarta or chosen as national best fifteen, I have to compete with all best students from all over Indonesia.
On May 2007, I’ve chosen as the highest achievement student in my university. Then In KOPERTIS VII, I also got the first place in this competition. So I joined the first selection in National level, where DIKTI choose 15 best students by check the document that sent to them from every best student in this country.
I’ll never forget that day; it was in the morning of the second day in August 2007. I got a message from DIKTI that I’ve chosen as one of the highest achievement student that will compete in Jakarta on August 13th-18th, 2007. Can you imagine what I feel that day? I was very happy, because I’ve chosen as one of fifteen best students in this country. I called my parent and told them that news, and you know how proud they are to me. They called me all the time, just to ask when I will go to Jakarta, where will I stay there, who will be with me to go there, and everything. I think I have not told you yet that my parent is in Borneo Island, that’s why we just communicated by phone.
As National Best fifteen of The Highest Achievement Student, we got the invitation to celebrate our independence’s day, august 17th 2007 in president palace. It was not the only surprise we got, the day before we also invited to House of Representative (DPR/MPR) to hear annually report of our President, Susilo Bambang Yudhoyono. Then in the afternoon, we met Indonesian Minister of Education, Bambang Sudibyo, in his office.
That’s all what I’ve been dreamed since I was a kid. To be one of the best students in this country, visit president palace and celebrate our independence’s day there, visit house of representative, met the minister of education, met the minister of foreign affair, and many great people in this country. But the most important of all, I made my parent proud of me. For me, my parent is everything. My parent is angels that God send to me to love me, save me, cure me, and brighten my day.
That’s one of the reason why I believe "nothing is impossible in this world, as long as we try to reach it". And I’m sure I’ll get my other dream, get a scholarship to study abroad for my master’s degree and Doctorates. If I have graduated from my Philosophical Doctorates, I want to spend my life to help people by join a community involvement like UNESCO, or other. I believe God send me to this world to make a change and help other people to enjoy every great moment in their life, and every people deserve to get it.

Kenapa 24 Jam

Mmm…. Eventually, I write this….
Setelah perjuangan melawan berbagai kesibukan, chie…. Akhirnya gua bisa juga ngeluangin sedikit waktu buat nyoret-nyoret blog gua ini. Maklum, gua masih pendatang baru di dunia blogger ini… yah, mungkin faktor berbagai rutinitas yang harus gua jalani, menjadikan gua orang yang masih rada gaptek untuk menuliskan sesuatu di blog ini. Chie…. Sok sibuk banget seh ya….
Tapi emang iya juga, beberapa hari terakhir gua disibukin dengan berbagai rutinitas di kampus dan juga beberapa kerjaan dari orang-orang lah… payahnya gua, kadang gua main bilang iya aja tanpa mempertimbangkan resikonya… as a results, dalam hidup gua kerja di malam hari ampe adzan subuh berkumandang itu sudah biasa. Bahkan kalo emang siangnya gua harus tetap aktif di kampus, mau gak mau mata gua perlu dikasih sedikit nutrisi lah biar tetap keliatan fresh. Beberapa tetes obat tetes mata cukup membantu mengurangi panas mata gua, karena ga tidur semalaman and melototin laptop gua yang mungkin kalo bisa teriak, dia bakal teriak. Gua emang jahat kali ye ama laptop gua. Bak penjajah yang menerapkan kerja rodi atau romusya, itulah yang gua lakuian ke laptop gua tercinta.
Tapi mau gimana lagi coba, gua butuh banget ngerjain segala sesuatunnya on time… Dan gua selalu mikir, kalo gua ga bisa nekan diri gua buat hardwork, mau jadi apa gua kelak… gua percaya banget bahwa masa depan gua tuh, ditentuin oleh apa yang sudah gua lakuin kemarin, hari ini, dan besok.
Karena gua sering harus on semalaman sambil ngetik and dengerin music yang keluar dari laptop gua tercinta, praktis coffee ataupun air putih yang banyak harus menjadi teman sejati gua, in order to keep me On…. Kadang saking asyiknya nekan keyboard, gua ga sadar kalo jam di dinding kamar gua udah nunjukkin pukul 02.00 am. Padahal perasaan masih jam 11.00 pm.
Gak jarang pagi hari tersebut gua udah ditunggu ama berbagai aktivitas lainnya. Kebiasaan gua ini, praktis berakibat sama kondisi fisik gua. "migraine" menjadi hal yang tidak asing lagi gua. Parahnya, gua orang yang paling gak betah kalo diserang ama penyait, daripada nahan, gua mending minum obat anti nyeri aja. Teman gua sering bilang, kalo sakit bawa istirahat aja. Tapi menurut gua kalo gua bawa istirahat tu, istirahat gua ga bakal tenang, coz gua mikirin kerjaan yang belum kelar dan menanti untuk diselesaikan segera. Jadi mending gua minum obat, rasa sakit jadi gak kerasa and kerjaan pun tuntas.
Gua nyadar kalo gaya hidup begini sebenarnya ga sehat banget, tapi gua menikmatinya dan gua merasa nyaman dengan semua ini. Bahkan kadang gua berharap kalo Tuhan kasih gua waktu lebih dai 24 jam per hari, jadi kerjaan gua yang tadinya baru bisa kelar dalam satu minggu, mungkin bisa jadi tiga hari doing. Coz’ gua punya waktu yang lebih panjang. Gua juga mikir, kenapa ya Tuhan kasih waktu 24 jam gitu, meskipun sebenarnya ga exactly 24 hours seh.