Monday, June 8, 2009

hanya ingin berbagi

aku hanya ingin menulis kali ini. entah menulis apa, sebenarnya belum ada konsep tertentu yang ingin kutulis. akan tetapi aku hanya ingin sedikit berbagi, berbagi mengenai apa yang aku rasakan saat ini dan apa yang aku takutkan sekarang.
sedikit mencurahkan apa yang aku rasakan saat ini, ketakutan ku akan perasaan cinta dan kehilangan.
hal yang benar2 membuatku selalu berpikir apa iya??? apa iya ini yang aku inginkan???
kadang rasa itu membuatku merasa takut kehilangan. sungguh aneh pada dasarnya, aku belum melangkah saja udah takut kehilangan. yup itulah kekhawatiran. terkadang kita mersa sangat hebat mungkin, sehingga merasa pantas untuk mendahului kenyataan itu sendiri. entah apa yang kita pikirkan sehingga merasa layak mendahului apa yang direncanakan Tuhan.
entah apapula yang aa di benakku sehingga kejhawatiran itu selalu ada. jujur, aku sangat ingin rasanya menjadi orang yang cuek2 saja dengan hal itu. bisa suka kepada siapa saja, tanpa harus mengikutsertakan perasaan. nampaknya hal tersebut lebih menyenangkan, karena kita tidak akan merasa takut jatuh cinta dan kehilangan. membiarkan semuanya mengalir seperti air dan terbang seperti kapas yang tertiup angin. menikmati hidup sepenuhnya.
tapi aku sendi belum pernah menaykan kepada hatiku mengenai hal itu, apakah benar hal seperti itu yang benar2 aku inginkan. entahlah, aku sendiri tidak mengerti dengan perasaanku. kadang seolah berlawanan dengan logikaku. sehingga pada akhirnya aku berusaha keras meyakini "I just do d best and I'll let God do d rest, and I try hard to believe that's the best thing God have planned for me"

apa makna netralitas???

lama banget sudah gak pernah ngebuka blog ini. eh akhirnya aku kangen juga buat buka2 and menulis lagi. sekarang aku ingin berbagi mengenai netralitas sebagai wartawan. sebagai seorang wartawan atau jurnalis aku merasa profesi ini sangat rentan dengan keberpihakan. apalagi jikla berbicara mengenai sebuah kasus yang menyangkut kemanusiaan. kasus prita misalnya, sangat menarik untuk menjadi wadah untuk menguji netralitas wartawan. bagaimana kita bisa menyampaikan sesuatu secara berimbang tanpa memasukkan opini pribadi kita.
aku jadi teringat apa yang dkatakan oleh teman sekantorku, Galuh. dia bilang " saat gua meliput tentang kematian david gua gak mau berasumsi dahulu mengenai motif pembunuhan david. yang utama adalah kita cari tahu dulu bagaimana cara tewasnya mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di negeri singa tersebu".
menurut saya demikian lah netralitas itu. kita tidak perlu membawa asumsi kita saat bertemu dengan nara sumber. cukup itu dijadikan salah satu bahan kita untuk mendapat lebih banyak informasi. tidak jarang ini menjadi sangat sulit, yaitu berusaha untuk tidak mengikutsertakan emosi kita saat menggali informasi. terlebih lagi saat menulis berita, unsur keberimbangan atau cover both side merupakan sesuatu yang wajiB hukumnya untuk kita junjung tinggi. satu hal yang paling penting "KITA HANYA MENGABARKAN, BIAR PEMIRSA YANG MEMUTUSKAN".

Monday, February 23, 2009

HaRi yAnG “mEncEkAm”

Selalu…., selalu udah lama aku gak nulis
Selalu aku sok sibuk banget ampe gak pernah sempat nulis di sini lagi.
Banyak hal sebenarnya yang bisa dibagi disini, mulai dari cerita jelang kelulusan KampusOne kemari ampe serunya liputan Hillary Clinton. Baiklah, nampaknya lebih baik kuceritakan secara runut saja.
Hari itu, kamis 5 februari 2009, nampak ketegangan pada setiap wajah anak-anak KampusOne pagi itu. Setelah dua minggu sebelumnya bergelut dengan tugas akhir yang menuntut kerja keras, kreativitas, dan kesempurnaan hasil kerja. Tibalah saatnya dimana semua itu harus dipertanggungjawabkan. “the Hot’sday” seorang temen menyebutnya demikian. Pagi2 sekali 14 anak manusia dari berbagai latar belakang kehidupan tersebut sudah tiba di kator tvOne di Kawasan Industri Pulogadung. Semua anak nampak berbeda-beda menyikapi suasana yang cukup “mencekam” pada hari itu. Pukul 09 pagi, kami pun memasuki ruang theatreOne, nampak sudah ada 6 dari 7 juri yang drencanakan jadi penguji pada hari itu sudah stand by pada posisi masing2. ke 14 anak itu pun sudah nampak memasrakan diri mereka pada apa yang akan terjadi dalam menit-menit ke depan yang harus ereka hadapi. Hanya satu hal yang bisa membuat semuanya tetap tegar pada hari itu “although we’re not with u there, we always support u”, itulah… solidaritas yang selalu coba kami bangun. Meyakinkan teman yang masuk theatreOne untuk mengahdapi temboknya dengan tegar, dan memastikan bahwa teman2nya selalu ada untuk menegarkannya.
Tibalah saat yang tidak pernah diimpikan itu, kami harus mempresentasikan karya kami pada juri yang hingga detik tersebut tetap berjumlah enam orang, minus Pak George Kamarullah, Mentor Kamera kami. Ke enam orang yang sudah menunggu di theaterOne tersebut adalah: Pak Nurjaman Muchtar, Wapemred tvOne; Pak Totok Suryanto, GM News n Sport; Pak Bakran Asmawi, Mentor script writing kami; Pak Priyo SM, Head of CRD; Pak Sulaeman Sakib, Penanggungjawab program Current Affair; Pa Tengku Chairil Wisa, Deputy Director bid HRD; and plus satu mentor lagi, Pak Iskandar yang menjadi saksi bagi kami pada hari itu.
Yeah, apa boleh buat namaku adalah yang pertama maju mengingat aku memiliki nomor absent pertama. Detik2 menegangkan pun dimulai, meskipun jujur kukatakan saat itu, tak sedikit pun ketegangan yang kurasakan. Entah karena presentasi udah sering aku lakukan di depan juri2 yang selalu manunjukkan tampang “killer” meskipun pada nyatanya tidak demikian atau karena aku sudah kadung menancapkan keyakinan sejak beberapa waktu sebelumnya bahwa apapun yang terjadi “itu adalah lukisan terindah yang diciptakan Tuhan untukku”. Sehingga aku pun menyampaikan segala sesuatunya dengan santai pada mulanya.
Akan tetapi, ketika ditanya mengenai hal yang agak sedikit personal, inilah hal yang paling tidak aku suka, karena setiap berpapasan dengan hal2 seperti itu, riak air diseputar mataku pasti memaksa ingin keluar. “Frankly, I hAtE that kind of question”.
Tak ayal keluar dari ruangan itu aku akhirnya mempersilakan riak air itu keluar di depan teman2ku yang sudah menungguku diluar dengan pelukan hangat. Huuuuh…. Damn, I don’t wanna cry, but I always cry If u ask me something personal, that’s why I dot like that kind of question”.
Satu-persatu setiap anakpun memasuki ruang tersebut, seolah untuk meregang nyawa. Dan setiap satu anak keluar, pasti disambut peluk hangat teman2nya yang setia menunggu d luar.
Setiap tangis selalu dibalas dengan ungkapan support antar teman. Hingga pada akhirnya Meta yang menjadi penyaji terakhir pada hari itu pun menyelesaikan presentasinya. Aku lupa, saat iru waktu sudah menunjukkan pukul berapa, tapi yang pasti setelah sholat magrib.
Hari itu disampaikan bahwa karya terbaik adalah milik Nur. Tak diragukan lagi, sejak awal kami sudah memperkirakan hal tersebut. Bakan kami sempat bergurau kalau urut2an yang harus maju bisa diacak, maka kami ingin Nur tapil terakhir saja, jangan sampai dia duluan karena akan membuat standar penilaiannya terlalu tinggi nantinya. Hehehe….
Para dewan juri mengatakan bahwa hasil penilaian baru akan diumumkan besok. Karenanya, untuk melepas penat pada hari itu kami pun memutuskan untuk pergi Karoeke bareng2. hahahahhahaha…. Semua pun melepas semua emosi pada ari itu, tertawa semaunya, berteriak sesuka hati, karena itu tandanya, kami sudah memutuskan apapun hasilnya besok, kami sudah PaSrAh… yang pasti kami sudah melakukan yang terbaik, sebenarnya kata PasRaH kurag tepat barangkali, kata SiAp dengan segala resiko nampak lebih KeSatRiA bagi 14 heroes tersebut .

Hillary comes, it’s crowded here

Gorgeous… I dunno, should I say this word?????
It’s Thursday, 20 feb 2009. it’s 4 am, I have to get up, like the days before, I have to go to my office at 5. hhhh… I feel sleepy, come on even the sun has no shiny this land yet. But OMG, I have to go for work.
So, today I’ll go with Dinna, both of us are reporter, but we also can be a camera person, it something they wished from us. So, early morning Dinna pray to God, God please don’t give us a doorstop reporting, we are less of experience to take picture in that case.
Thanks God, we have to go to Aryaduta Hotel to interview some NGO people who met Hillary Clinton last nite, we’re so happy. We’ve just arrive there, and sme peole just come, we haven’t meet people we’re looking for, then my phone ring. “ desy, please go to Petojo Hillary will be there today, u have to get her picture” My KORLIP said. OMG, suddenly, I and Dinna get shock, it’s more than doorstop. But, we have to go there, and it’s a MUST for us to get her picture. We’re so confuse about taking d picture, we never take picture in that kind of situation before. We are amateur. OMG, help us…
Then, it’s time to show Off. We have to prove, they sent us here wasn’t a mistake. We’ll do our best.
So many people here, it’s really difficult to take picture. It’s not d only problem, the bodyguard, they’re all very tall, it’s hard for me to take some picture, so I use the tripod and carry it up so I can get a better picture. i also have to run so fast to take picture frm the other side, a child ask me “hey, this way”, I follow her and I run so fast, I only think I have to take Hillary’s picture as much as I can. Then I get the picture where her car starts to go, yeah not good enough but it also not bad enough. The most important thing I got her princess smiling picture, and I think it’s the best of all, coz I got it in close up frame.

Tuesday, February 3, 2009

BelAjaR mEmaHamI yAnG TerBaIk mEnUruT TUHAN


Hari terus berganti, gak kerasa udah hampir enam bulan aku di tvOne, artinya bentar lagi aku bakal ujian akhir. Mmmm bukan bakal ujian akhir tapi lebih tepatnya kamis ini ujian akhirnya… chia…….
Wait… mungkin bukan itu yang pengen aku certain. Kemarin seorang teman, Hamid namanya, mengirimkan sms kepada ku dan menayakan “desy, kekecewaan apa yang pernah kamu alami saat kuliah, yang kamu rasa itu menjadi pemicumu untuk berprestasi?”. Sontak aku langsung teringat kegagalanku mendapatkan beasiswa belajar ke USA beberapa bulan lau, mungkin lebih enak dibilang tahun lalu. OMG… cobaan yang sangat hebat buatku, mengingat saat itu aku begitu sangat yakinnya bakal mendapatkan beasiswa tersebut. Mengigat backgroundku and berbagai lampiran cv yang kucantukan pada waktu itu bisa dibilang lebih baik disbanding para pesaingku saat itu. Keyakinan yang membuncah ditambah kepedeean yang super membuat ku lupa Tuhan punya kuasa atas segalanya.
Berhari2 kutunggu pengumuman akhir setelah melalui berbagai tes, tibala saat yang kutunggu “announcement”. Jantung ku terasa ditusuk dari berbagai sisi, kepalaku tiba2 pusing, badanku rasanya melayang saat melihat namaku tidak tercantum dalam pengumuman tersebut. Tuhan petaka apa ini… bathin ku… aku langsung terdiam tak bersuara… mencoba bersikap tegar… akan tetapi, sesampainya di kos ku di tirto gg. 7 waktu itu, aku tak mampu lagi menahan air ata yang sejak tadi kutahan.
Rasanya aku ingin menggugat Tuhan atas keputusanNya yang kunilai “semena-mena”. Aku ingin protes kepada Tuhan atas segala harapan yang telah ditumbuhkan-Nya di jiwaku. Aku ingin berteriak pada Tuhan “Mengapa dia menanamkan sejuta harapan di diriku untuk kemudian di hancurkan dengan bom waktu yang tak kusadari melekat pada setiap mimpiku tentang beasiswa belajar itu”. Segalanya ingin ku tumpahkan seua kesalahan kepada-Nya.
Waktu pun terus berjalan dengan semangat yang tersisa, aku fokuskan tenaga ku untuk menyelesaikan skripsiku yang sudah 7 bulan tidak tersentu olehku, dengan alasan focus mempersiapkan diri untuk beasiswa tersebut. Berkat kerja keras gila2an tak peduli saat itu matahari atau bulan yang sedang bertugas di atas langit kota Malang, akhirnya dalam kurun waktu kurang dari satu bulan, aku sudah bisa melakukan sidang ujian akhir. Kekuatan kekesalan dan kekecewaan atas kegagalan sebelumnya membuatku siap menghadapi dewan2 penguji pada waktu itu. Tak sia2 akhirnya aku berhasil meyakinkan meraka untuk menuliskan “A TANPA REVISI” pada berita acara ujian ku. PUAS rasanya berhasil menaklukkan semuanya. Akupun kemudian mulai belajar, belajar memahami takdir Tuhan. Au mencoba meyakini “segala hal yang terjadi adalah terbaik di mata-Nya, karena Ia lebih tau apa yang terbaik buat kita daripada kita sendiri”. Jadi teringat dengan sms seorang teman, Aprida, beberapa waktu lalu

“AKU MINTA PADA ALLAH SETANGKAI BUNGA SEGAR, DIA BERI AKU KAKTUS BERDURI. AKU MEMINTA PADA ALLAH HEWAN MUNGIL NAN CANTIK, DIA BERI AKU ULAT BERBULU.AKU SEMPAT SEDIH, KECEWA, DAN PROTES. BETAPA TIDAK ADILNYA INI. TAPI KEMUDIAN KAKTUS ITU BERBUNGA SANGAT INDAH, DAN ULAT PUN TUMBUH DAN BERUBAH MENJADI KUPU-KUPU YANG TERAMAT CANTIK. ITULAH JALAN ALLAH… INDAH PADA WAKTUNYA. ALLAH TIDAK MEMBERI APA YANG KITA HARAPKAN, TAPI IA MEMBERI APA YANG KITA BUTUHKAN. WALAU KADANG SEDIH, KECEWA, DAN TERLUKA…. TAPI, JAUH DI ATAS SEGALANYA, DIA SEDANG MERAJUT YANG TERBAIK BUAT KITA.”

Sungguh berkesan kalimat2 yang terangkai tersebut jika kita mau BELAJAR memahaminya. Aku merasa terkadang kita tidak perlu memaksakan diri meyakininya akan tetapi tidak ada salahnya buat kita untuk BELAJAR memahami kehendak Tuhan. Bukannya aku sok kuat atau apalah, tapi aku hany encoba belajar, walaupun pada faktanya aku masih sering merasa kecewa, aku masih sering ingin mengacungkan tangan untuk memberontak apa yang telah ditetapkan-Nya sebagai TakDir atau JalAn HiDupKu, akan tetapi kembali aku mencoba BeLajAr memahami keputusan-Nya yang memang terlambat bisa kumengerti.
Kembali ke Hamid, dia bertanya lagi “hal yang lebih tragis dong, bukan yang jelang masa kelulusan….”. Aku jadi teringat peristiwa beberapa tahun lalu. Saat itu aku masih duduk di bangku SMP kelas tiga. Saat sedang lelap tidur, tiba2 telpon di rumah berdering. Kutengok jam dinding ternyata menunjukkan pukul 12 malam. Aku sempat bertanya2 siapa yang menelpon malam2 begini. Aku pun mengangka telpon sambil ngantuk “halo….”. “Ayu…” jawab suara si seberang sana menyebut nama tengahku, memang di kalangan keluarga aku lebih dikenal dengan sebutan Ayu, meskipun tidak jarang orang2 baru juga memanggilku dengan nama ini. “ penginapan di Samba kebakaran” begitu lanjut suara di seberang yang tak lain adlah sepupuku. Akupun kaget seketika, penginapan yang dimaksud adalah tepat usaha sekaligus tempat tinggal orang tuaku. Aku pun langsung membangunkan Abangku dengan menggedor2 pintu kamarnya dan memintanya untuk menanyakan detailnya kepada sepupuku. Abang langsung terdiam saat mendapat kabar dari sepupuku, air mata kami pun langsung menetes.
Besokya kami mendapat kabar lengkapnya, orang tua dan keluarga ku seuanya selamat, akan tetapi semua harta beda hangus terbakar. Ibuku pun bingung mau apa setelah itu, padahal Kakak ku yang perempuan, Gadis. masih melanjutkan study di Malang, aku masih SMP dan Abangku Husin masih kuliah. Apa lagi keluarga kami pada waktu itu notabenenya tidak memiliki tabungan. Jadilah gundah gulana merundung… dengan segala upaya akhirnya orang tua ku memutuskan kembali membangun usaha yang sudah mereka rintis sejak puluhan tahun lalu. Upaya megajukan kredit usah ke bank pun tidak terlewatkan. Selain itu Ibu ku yang sangat menginginkan anak2nya bisa mengenyam pedidikan setinggi mungkin memutuskan untuk berjualan tauge keliling sambil memulai kembali usahanya. Tak ayal wajah tua ibu pun semakin keriput, begitu pula ayahku.
Akupun tidak ingin menyia-nyiakan kerja keras orang tua ku, ku putuskan utuk masuk ke SMA terfavorit di kota Banjarmasin, yup SMA Negeri 7 atau lebih dikenal dengan sebutan SMAVEN. Sekolah ini merupakan sekolah paling diunggulkan di banjarmasin, atau bahkan di seantero Kalimantan. Gaung kebesarannya sudah sangat dikenal. Tidak heran jika sekolah ini juga menjadi pilihan kaum elit dan masyarakat Tionghoa di sana. Tak salah jika kemudian Pemerintah kota Banjarmasin memberikan predikat SMA PLUS kepada sekolah ini. Bagi kami Plus bermakna banyak hal, plus pedidikannya, plus kualitasnya, dan juga plus duitnya. Jadilah dia sekolah termahal di kota ku… Beruntungnya masa studi di SMA hanya tiga tahun, sehingga kocek orangtuaku tidak perlu terkuras banyak di sini.
Seiring waktu yang terus bergerak maju, syukurlah usaha orang tua ku juga kembali menanjak. Segala jerih payah, keringat dan usaha yang telah dilakukan akhirnya mengantarkan kami ke kehidupan yang lebih baik hingga saat ini. Hal yang selalu kuingat dari semua itu adalah kerja keras dan tetesan keringat orang tuaku serta berbagai pengorbanan yang dilakukan tak lain demi kemajuan ku beserta ketiga sudaraku. Karenanya, semasa sekolah ataupun kuliah aku selalu berusaha melakukan yang terbaik, sehingga hal itu pula lah yang menjadikan ranking ku selalu di atas. Seingatku hanya dua kali aku keluar dari lima besar, itupun tidak jauh2 amat. Saat kuliah niat dan keinginan untk berprestasi pun tak pernah surut, mugkin karena itu pula Tuhan membalasnya dengan berbagai penghargaan yang kuterima. Saat ini, setelah menyelesaikan program S1 ku dan bekerja di tvOne, masih ada mimpi2 yang asih terus kurajut. Diantaranya meraih beasiswa belajar ke luar negeri. Aku ingin melanjutkan pedidikanku ke jenjang S2 dan S3. sebagaimana yang selalu kuimpikan, aku ingin kelak di belakang namaku tertuliskan Ph. D. alias Philosophical Doctoral. Aku ingin mengeyam pendidikan setinggi2nya, sebagaimana yang selalu diperjuangkan orangtuaku untukku. Mungkin karena semasa hidupnya orang tuaku hanya mampu menyelesaikan pendidikan hingga tamat SMA, mereka sangat berharap anak2 mereka bisa jauh lebih baik. I’ll get it and you’ll call me Desy Ayu Pirmasari, Ph.D.

Akhirnya keinginanku menyantap burger terpenuhi juga.


Pagi tadi, aku jalan ke mall depan komplek dengan tiga niatan, maketin barang, transfer uang, and maem burger. Eh tiba2 hujan mengguyur, kuurungkan niatku sesaat, sambil meletakan kedua handphoneku di lemari dekat tv.
Tak berapa lama, hujan pun mereda, bergegas kuambil tasku dan segera keluar rumah. Mumpung hujan telah berhenti aku pun langsung memutuskan pergi untuk melaksanaka rencana semula.
Setibanya di mall, atm adalah target pertama ku, yaitu mengirimkan uang hadiah PKMI jatah temanku. Eh udah deket dengan box atm aku baru sadar handphone ku ketinggalan… siYal… artinya aku juga ga bisa maketin barang buat temenku selain no rekening , alamat rumah temenku juga semua di hp. Jadilah aku menunaikan satu dari 3 rencanaku pagi ini, dan merupakan keinginanku sejak beberapa hari lalu… asyik akhirnya aku bisa maem burger juga, setelah selalu tertunda.

Sunday, January 11, 2009

I hate it…

It’s rainy outside, I dunno what 2 do, so I prefer to write something. And it’s all about my dream. I think it’s been a long time, I’ve never talk about what I really want in my life, continue my study ‘till I get my Ph.D. Mmm… so sweet…
Actually I really want to continue study rite now, but I have no money to pay it by my self. So, working first is something I have to do to reach my dream. I always wondering one day I’ll get a scholarship to study abroad, then I’ll get some job in international non government organisation which is concern to humanity, refugees, and victims of war.
Argh.. seems it’s make me boring, coz I just can say it here, but I do nothing to reach it. I really hate when I can’t do anything t change something. Damn…
Argh… sometimes It happened to me, and I can’t do anything but let it happen in front of me. I say nothing like a fucking dumb bird. Hhhhhhhh….
Now, I have nothing to say but Damn…

FLYING SAFETY MULTISTRATEGY MODEL TO CREATE SAFE AVIATION IN INDONESIA

As a significant part of the transportation infrastructure in Indonesia, the aviation sector has experienced rapid development as of late. This development has been brought about by the open sky policy implemented since 1999. A report from Centre for Asia-Pacific Aviation (an aviation consulting firm based in Sydney) tells us that the rapid development of the aviation industry in Indonesia has been spurred on by its liberalisation. In 1999 the total number of air craft passengers reached only 6.4 million. This number increased rapidly, reaching 16 million in 2003. In 2005, 29 million passengers were recorded to have used domestic air travel. This was an increase of 11.5% from the previous year’s total of 26 million.
Along with this development, the aviation industry has also experienced a significant increase in the frequency of accidents. These accidents range from problems such as: flat tyre, losing way due to breakdown of navigation, skidding off the runway, overloading and hard landing. In 2003, the YLKI (the Indonesian Consumer Support Council) recorded 266 deaths due to aviation accidents. In 2004, the number was 314, and in fact 123 deaths were recorded in the first three months of 2007 alone. According to Reuters, over 600 deaths have been caused by aviation accidents over the past ten years. Just as the price of air travel has decreased, so seems to have decreased the price of the life and safety of air craft passengers. It is therefore unsurprising when the VOA official website states that since deregulation in the aviation industry, safety standards have experienced a decline.
An evaluation of aviation companies in Indonesia reveals rather shockingly that not a single company meets the safety requirements as recommended by the International commercial aviation organisation. In fact, the US government, as quoted by BBCIndonesia.com, even appeals to its citizens not to use Indonesian aviation companies. US citizens travelling to Indonesia are asked to use international airlines direct to their destination in Indonesia.
Therefore, this paper aims to propose multiple creative strategies which can be applied in order to create a safe aviation industry in Indonesia. Hopefully this paper can also provide a positive contribution to efforts toward creating a safer aviation industry in Indonesia.
The strategy offered here for creating safe air travel is the flying safety multi- strategy model. The flying safety multi-strategy model provides us a model for minimising the frequency of aviation accidents in order to create safer air travel in Indonesia. The flying safety multi-strategy model is as follows:
1. Publication of passenger safety procedures (Simulation model)
Up until now, passenger safety procedures for civil aviation are only demonstrated once boarded on the air craft itself, before take-off. The fact is, when demonstrating passenger safety procedures in the event of emergency, the passengers often do not pay enough attention.
Therefore, we need alternative ways of publishing passenger safety procedures to the public. Passenger safety procedures should be published for the public both via printed press and electronic media. Passenger safety procedures should be something that everyone is familiar with, because they have come across these procedures for instance while reading a newspaper, magazine or watching television.
2. Enforcement of staff working hours
One of the things done by aviation companies to cut costs is to make flight crew, cabin crew and ground crew work more hours than is deemed safe. Fatigue in fact can increase the risk of human error, which may occur at the time of refilling fuel, loading luggage, and up until the time for take off. Because of this there should be a form of surveillance and control to ensure that the aforementioned crew, do not have to work more than standard working hours. We need an arrangement to enforce maximum working hours of staff, so that companies cannot force staff to work longer than they should. Apart from that, the physical and mental state of flight crew should also meet health standards. This is all the responsibility of the aviation companies, therefore to ensure that the flight crew is suitably prepared before taking off.
3. Making compulsory the publication of air lines financial statement
This method aims to create transparency of all airline company’s actions. By making it compulsory for airlines to publish their financial statement, the percentage of their budget and proportion of their efforts that goes toward airline safety will be revealed.
4. Formation of an Independent Controller Board
This Board would act as an intermediary between the consumer and airline companies. It can also be a medium for costumers through which they can file complaints concerning airline companies. It would also be a board that has authority to control whether strategies mentioned above are being carried out or not.