Sunday, November 30, 2008

Pol Pot, The Killing Machine


hemer rouge or dalam bahasa indonesia deikenal dengan khemer merah, tentu bukan suatu yang asing lagi di telinga kita. Mereka merupakan sebuah gerakan yang dikomandani oleh Pol Pot.
Wow… kalo dengar nama yang satu ini, kita bisa ingat tuh ama orang-orang sealiran ama dia, ada Lenin di Uni Soviet, Musolini di Italia yang pada masa kepemimpinannya setiap ruang kelas di Itali terpampang gambarnya yang bertuliskan MUSOLINI SELALU BENAR. Dan tentu kita tidak akan pernah melupakan satu tokoh lagi yang sangat terkenal dengan kap-kamp peusnahannya, genocide, yup… siapa lagi kalo bukan Adolf Hitler.
Nah kembali mengenai Khemer Merah dan Brother Number Onenya, Pol Pot, beberapa hari yang lalu di kantor, aku ngeliat film The Kiling Field yang memenangi Oscar pada tahun 1983 and film S-21. Cuma satu kata mengenai film yang diangkat dari kisah nyata itu, SADIS.
Pol Pot, berkuasa di kamboja pada 1975 hingga 1979 atau biasa dikenal sebagai rezim demokratik republik. Pada masa kepemimpinannya, tak kurang dari 1,7 juta jiwa disiksa sebelum akhirnya dibunuh dengan berbagai cara sadis.
Dari film2 yang aku lihat itu, berbagai kekejamanan pada rezim Pol Pot bisa sedikit tregambarkan, dan aku sangat yakin faktanya jauh lebih kejam dari itu. Sebelum menuju The Killing Field, atau areal pembantaian jutaan rakyat Kamboja, kita mulai saja dulu dari tempat penyiksaan mereka, Penjara S-21 Tuol Sleng yang sekarang menjadi museum genocide Tuolsleng.
Penjara ini terletak di kota Pnom Penh, sebelum rezim Pol Pot atau pada masa kepemimpinan Lon Nol, tempat ini merupakan sebuah SMA yang bernama Ponhea Yat yang kemudian berganti nama menjadi Tuol Svay Prey High School.
Pada 1976, tempat ini berganti fungsi menjadi markas besar intelijen S-21 atau Security Office 21 tentara Khemer Merah yang juga difungsikan sebagai penjara. Penjara ini merupakan tempat penyiksaan tahanan sebelum mereka dibawa ke Choeung Ek atau The Killing Field. Para tahanan umumnya dikirm ke penjara ini sejak Mei 1978
Penjara Tuol Sleng memiliki arti Hill of Poison Tree, berdiri diatas areal seluas 400x600 meter dan terdiri dari empat gedung. Tempat ini juga dikenal sebagai “ The place where people went it but never came out” and it’s true.
Ok, kita mulai dengan gedung A. di depan gedung ini terdapat 14 kuburan yang merupakan kuburan tahanan di penjara Tuol Sleng yang belum sempat dikirimkan ke Choeng Ek, saat jatuhnya rezim Pol Pot. Nah di gedung A sendiri, terdapat sepuluh ruangan interogasi untuk tahanan-tahanan penting, seperti politisi, profesor, cendekiawan, dan lainnya yag dianggap berbahaya oleh Brother Number One. Di ruag tersebut terdapat ranjang yang diatasnya diletakkan rantai untuk mengikat tahanan, pispot yang terbuat dari kotak amunisi serta foto orang yang disiksa. Di lantai ubinnya juga terdapat bercak2 darah akibat penyiksaan yang dilakukan tentara S-21 terhadap tahanan.
Kemudian Gedung B, merupakan ruang tempat mencatat biodata tahanan dan mengambil foto mereka. Kalo dilihat2 sistem administrasi yang diberlakukan S-21 ok juga lo, selain mencatat biodata lengkap setiap tahanan, mereka juga mengambil foto para tahanannya. ( sepertiya mereka sadar akan menjadi sejarah di msa2 mendatang). Nah setiap tahanan juga disuruh menyebutkan 50-60 nama orang yang mereka kenal. Di tempat ini juga terdapat berbagai alat penyiksaan, jika tahanan tidak menjawab pertanyaan dari interogator, maka kuku mereka akan dicabut dan disirami alkohol, atau mereka akan dimasukkan ke sebuah bak berisi air dan kemudian dialiri listrik. Tidak hanya orang dewasa, anak2 juga akan disiksa. Parahnya, jika yang diinterogasi adalah perempuan, mereka tidak hanya disiksa tetapi juga diperkosa oleh interogator. Sadis banget kan…
Di gedung ini juga terdapat tumpukan pakaian korban, jadi pakaian dari tahanan yang telah dieksekusi akan diambil oleh tentara Khemer rouge untuk dipakaiakan ke tahanan lainnya. ( ternyata mereka juga memahami apa itu efektivitas). Nah di gedung ini terdapat foto2 korban yang merupakan hasil jepretan tentara Khemer rouge saat mencatat biodata tahanan. Di sini juga terdapat foto mantan menteri informasi pada masa Pol Pot yang kemudian dianggap berkhianat, Hu Nim. Ada foto sadis lainnya, yaitu seorang ibu yang sedang menggendok anaknya, didudukkan di kursi dengan paku pengebor di belakang kepalanya. jika dia tidak menjawab pertanyaan yang diajukan interigatornya, maka paku akan menusuk kepalanya hingga membolongi tengkorak kepala. Oh My God…
Di depan gedung B ini terdapat tiang gantungan yang dibawahnya dijejerkan beberapa wadah untuk menyimpan air. Jadi tahanan akan digantung dengan posisi kaki diikat dan kepala di bawah, tidak jarang mereka dibiarkan seperti itu dari malam hingga pagi, saat mereka tak sadarkan diri, kepalanya akan dimasukkan ke dalam bak berisi air tersebut. Dan masih banyak bentuk penyiksaan lainnya yang dilakukan.
Selanjutnya gedung C, memiliki penjara berukuran kecil dan dibatasi dengan batu bata setinggi 7 kaki. Di lantai atas gedung ini ada juga penjara massal berukuran 20x30 meter ntuk menampung puluhan tahanan. Setiap tahanan akan diikatkan kaki mereka satu sama lainnya dengan rantai. Mereka tidak boleh bergerak, jika bergerak, maka S-21 akan menyiksa mereka. Argh… entah apa yang ada dipikiran mereka sehingga bisa menyiksa orang lain sesuka hatinya.
Gedung D juga berfungsi sebagai penjara massal. Saat ini gedung ini dijadikan tempat penayangan film penyiksaan terhadapa tahanan di penjara Tuol Sleng ini. Di sini juga dipasang lukisan berbagai bentuk penyiksaan terhadap tahanan dan photo para korban.
Nah, para tahanan di tempat ini akan di bawa ke Choeong Ek untuk dieksekusi. Mereka akan dibawa dengan truk ke tempat tersebut. Di Choeng Ek, saat ini dipajang tengkorak2 korban kekejaman khemer merah, juga ada baju2 korban. Di tempat ini terdapat banyak sekali kuburan massal yang isinya mencapai ratusan, bahkan ada yang tak terhitung saking banyaknya. Ada juga kuburan massal para wanita dan anak2 yang dibunuh tanpa busana. Ada juga pohon yang digunakan khusus untuk menyiksa anak2. Pada batang pohon nampak ada lukisan tubuh anak kecil, konon menurut keyakinan masyarakat itu berasal dari darah anak2 yang disiksa di pohon tersebut, dan konon pohon ini merupakan pohon yang paling besar dan subur dibanding pohon lainnya disekitar tempat tersebut.
Sebelum membunuh para tahanan, tentara khemer merah akan memasang pengeras suara pada sebuah pohon. Pohon tersebut dinamakan magic tree, karena pengeras suara yang dipasang di situ bertujuan meredam suara akibat penyiksaan dan pembunuhan yang dilakukan pasukan khemer merah.
Menurutku, kekejaman tentara khemer merah yang berumur 15-19 tahun pada waktu itu tidak bisa sepenuhnya dikatakan salah mereka. Mengingat mereka sejak kecil dididik oleh pasukan Pol Pot untuk melakukan hal tersbut, artinya sejak kecil mereka didoktrin dengan pendidikan seperti itu. Sehingga saat dewasa, mereka menganggap hal tersebut biasa.
Mengerikan memang, apa yang telah mereka lakukan. Tidak salah jika hal ini dianggap sebagai Tragedi Kemanusian Terbesar pada abad ke 20. Rezim Polpot akhirnya jatuh pada Januari 1979, atau dua bulan sejak invasi Vietnam ke Kamboja. Pol Pot kemudian meninggal pada tahu 1998 akibat serangan jantung. Artinya sekarang sudah sepuluh tahun Pol Pot berada di alam lain, entah apa yang terjadi padaya disana. Apakah dia juga membuat gerakan baru di alam sana ataukah para korbannya melakukan aksi balas dendam. God is The only who knows it…

No comments: